Wednesday, May 29, 2013

#30 : Al-Wakeel

Au Nom d'Allah Clément et Miséricordieux,

Kasihan apabila manusia menyangka tawakal tertinggi itu dalam urusan duniawi. Tidak! tawakal yang tertinggi itu adalah dalam berdakwah kepada Allah. Alangkah naif, orang yang tidak merasakan kelazatan dakwah dijalan Allah, tapi ia mengerti nilai tawakal. Tawakal yang paling indah adalah tawakal para dai'e pada Allah. 

Kenapa? Kerana ketika bertawakal, mereka merasakan kecintaan Allah swt. Yang bertawakal dalam urusan rezeki, isteri dan problematika dunia, itu sebuah kebaikan. Tapi ia belum mengerti hakikat tawakal.

Terkadang begitu cintanya Allah pada kita, Dia mengambil semua 'sebab' yang kita terbiasa dengannya. Seperti mereka yang dekat dihati, atau bahkan sesuatu yang kita cintai. Ada yang meninggalkan tugas dan pekerjaan yang selama ini dilalui bersama, atau bahkan meninggalkan dunia. Dengan semua itu, seolah Allah ingin mengatakan kepada kita, 

"Wahai hamba-Ku, Aku ingin engkau datang dan berlindung hanya kepada-Ku"

Saudaraku tercinta, makna ini indah sekali. Ketika kita tertimpa musibah, kita sangat jauh dari Allah, sehingga kita layak mengatakan, 

"Ya Tuhanku, Kau telah memotong semua jalanku, kerana Engkau ingin aku kembali pada-Mu"

Khadijah dan Abu Talib diwafatkan, agar Nabi Muhammad saw semakin tergantung pada Allah swt. 
"Kau wahai Muhammad, hanya bisa kembali kepada-Ku, kerana Aku telah mengambil semua sebab (kemenangan) bagimu.

Ketika semua jalan kemenangan telah tertutup, janganlah bersedih. Ketahuilah bahawa Allah menginginkan kita kembali pada-Nya hingga kita mengetahui Dia itu al-Wakeel.

Mendudukkan 'perencanaan' dan 'tawakal'

Maka dari itu, tanda kita bertawakal ialah kita menenangkan jiwa kita dari kesedihan setelah rencana matang. Jika kita merencanakan masa depan kita, maka itu tidak bertentangan dengan tawakal. Perencanaan itu bahkan merupakan puncak tawakal. Nabi Muhammad saw membuat rencana, Nabi Yusuf as juga membuat rencana untuk lima belas tahun, agar Mesir terkeluar dari krisis ekonomi yang melanda.

Inilah dia merencanakan sesuatu yang tidak bertentangan dengan tawakal. Yang bertentangan ialah, setelah kita membuat rencana, kita justru tetap sedih. Ibnu Atha'illah berkata,

"Tenangkan dirimu dari kesedihan setelah merancang rencana."

Tenangkan diri kita setelah membuat prencanaan. "Maka apa yang telah Allah jamin untukmu, jangan lagi kamu menyibukkan dirimu dengannya". Bukankah ini benar?

Mengapa kita menyibukkan diri dari apa yang Allah jamin? Allah telah menjamin akan memperbaiki keadaan kita, ketika kita tawakal pada-Nya. Tunjukkan tawakal anda, dan lihatlah apa yang Allah akan lakukan dengan anda.

Allah berfirman,

"Dan dilangit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan"
Adz-Dzariyaat (51:22-23)   

Hati Sebening Mata Air - Amr Khalid